Pengujian Mutu Kain Kemeja (Dengan Standar SNI)
1.1 Latar
Belakang
Bagi mereka
yang bersangkutan dengan produksi, distribusi dan konsumsi bahan-bahan tekstil,
pengetahuan evaluasi tekstil dapat menjadi pembantu dan alat yang sangat
berhatga apabila peralatan dan tekniknya dipergunakan secara efektif. Apabila
telah dilakukan pengujian, maka hasil pengujian harus dipelajari secara teliti
sehingga tindakan-tindakan yang diperlukan dapat diambil.
Alat-alat
pengujian tidak dapat mengambil suatu keputusan, dan pada akhir suatu pengujian
seseorang harus dapat menginterpretasi data-data pengujian yang diperoleh dan
mengeluarkan intruksi-intruksi yang diperlukan untuk tindakan yang akan
dijalankan. Jadi untuk dapat memberikan evaluasi terhadap bahan tekstil
diperlukan pengujian bahan-bahan itu secara teliti dan kemudian data-data yang
diperoleh dari pengujian tersebut perlu diinterpretasikan dan dari interpretasi
tersebut dapat diperoleh evaluasi dari bahan tekstil tersebut. Apabila
hal ini dilakukan dalam rangka pengendalian mutu maka masih diperlukan
instruksi-instruksi tindakan apa yang perlu diambil.
Dibidang
penelitian, evaluasi bahan-bahan tekstil merupakan alat yang sangat penting.
Hasil evaluasi akan membantu para scientist untuk menentukan arah penelitian
selanjutnya. Apa yang kelihatan betul dalam teori, seringkali disanggah oleh
eksperimen-eksperimen yang nyata, sehingga harus dicari pemecahannya dalam
eksperimen-eksperimen selanjutnya.
Dibidang
proses produksi, bahan baku yang dipergunakan merupakan satu diantara
faktor-faktor terpenting untuk menentukan baik produk yang dihasilkan. Karena
evaluasi terhadap mutu bahan baku sebelum diproses mutlak diperlukan. Pada
umumnya serat-serat alam memerlukan evaluasi yang lebih seksama daripada
serat-serat buatan karena serat buatan pada umumnya pembuatannya telah
disesuaikan speksifikasinya dengan syarat-syarat processing yang diperlukan.
Pada tahun-tahun terakhir permintaan untuk
memproduksi bahan-bahan tekstil menurut speksifikasi yang telah ditetapkan
bertambah besar. Keuntungan untuk menggunakan speksifikasi dalam pemesanan
bahan tekstil adalah pencegahan penggunaan bahan baku yang bermutu rendah oleh
para produsen, produksi dari bahan-bahan tekstil yang telah diketahui mutunya,
dan kesempatan bagi produsen untuk membuat produksinya tepat seperti apa yang
dikehendaki oleh pemesannya. Dengan demikian speksifikasi dapat ditentukan dan
disetujui bersama dan kemudian hasilnya dapat diuji untuk membuktikan apakah
mutu barang-barang itu berada pada limit toleransi yang dikehendaki dalam
speksifikasi.
1.2 Maksud
& Tujuan
Maksud
Melakukan pengujian terhadap kain
tenun kemeja untuk mengetahui mutu atau kualitas benang dan membandingkannya
dengan nilai standar.
Tujuan
Menetapkan mutu atau kualitas kain
tenun kemeja yang diuji dengan membandingkannya terhadap nilai standar SNI.
II.
TEORI DASAR
Kemeja
adalah sebuah baju yang biasanya di kenakan oleh kaum pria. Pada umumnya kemeja
menutupi bagian lengan, dada, bahu, berkerah dam menutupi tubuh sampai bagian
perut. Kemeja biasanya dibuat menurut selera orang yang mengenakannya, kadang
kemeja bisa dibuat berlengan panjang maupun berlengan pendek. Biasanya kemeja
terbuat dari bahan katun, linen dan yang lainnya. Kerah dalam kemeja biasanya
di beri kancing depan.
Dalam
bahasa Portugis, Kemeja sring disebut Camisa. Nama
lain dari kemeja adalah Kamisa
yang di ambil dari bahasa portugis. Yang
hampir sama dengan kemeja sering kita sebut dengan istilah Blus
untuk kemeja wanita yang di ambil dari bahasa Perancis dan Han dari
bahasa Belanda.
Gambar
1 : Contoh Gambar Kemeja
Kemeja
merupakan salah satu kebutuhan sandang yang dapat di pakai oleh semua
kalangan,. Semenjak awal sekolah dari taman kanak-kanak sampai
perkuliahan bahkan dalam dunia kerja juga memakai kemeja. Hingga saat ini
kemeja pada aktivitas kampus jarang dipakai, kebanyakan dari mereka lebih suka
berpenampilan santai seperti mengenakan kaos, terkecuali pada saat moment-moment
tertentu seperti saat menhadapi persidangan ataupun saat melamar pekerjaan yang
mewajibkan mereka memakai Kemeja.
Kemeja
sering disebut pakaian yang terlalu formal atau resmi, sehingga kebanyakan
masyarakat jarang mengenakannya pada kegiatan sehari-hari, akan tetapi sekarang
ini banyak model-model kemeja yang terlihat tidak resmi, tergantung bagaimana
kita untuk memadupadankannya dengan pakaian lain.
Sekarang
ini Kemeja tidak hanya di pakai oleh kebanyakan kaum Adam, kaum hawapun banyak
yang mulai memakai kemeja dikarenakan tuntutan pekerjaan atau bidang-bidang
tertentu yang mereka geluti. Bahkan banyak model-model kemeja yang lebih simple
dan unik untuk dikenakan sehari-hari.
Gambar
2 : Contoh Gambar Kemeja Wanita
III. PELAKSANAAN PENGUJIAN
PADA KAIN
3.1 Acuan
SNI 0051, Kain tenun untuk kemeja.
SNI 0276, Cara
uji kekuatan tarik dan mulur kain.
SNI 0285, Cara
uji tahan luntur warna terhadap pencucian rumah tangga dan komersial.
SNI 0287, Cara
uji tahan luntur warna terhadap keringat.
SNI 0288, Cara
uji tahan luntur warna terhadap gosokan.
SNI 0293, Cara
uji perubahan dimensi bahan tekstil dalam proses pencucian dan pengeringan .
SNI 0338, Cara
uji kekuatan sobek kain tenun dengan alat pendulum (Elmendorf).
SNI 0614, Cara
pengambilan contoh kain untuk pengujian dan penerimaan lot.
SNI 0616, Pemeriksaan
contoh tunggal untuk penerimaan lot cara variable.
SNI 1271, Cara
uji tahan selip benang dalam kain tenun pada jahitan.
3.2
Cara Uji
3.2.1
Kondisi ruang pengujian
Pengujian
dilakukan pada kondisi ruangan RH (65 ± 2) % dan suhu (27 ± 2) °C.
3.2.2
Kekuatan tarik kain
Kekuatan
tarik kain ditentukan menurut SNI 0276, Cara uji kekuatan tarik dan mulur
kain, cara pita tiras.
3.2.3
Kekuatan sobek
Kekuatan
sobek ditentukan menurut SNI 0338, Cara uji kekuatan sobek kain tenun dengan
alat pendulum (Elmendorf).
3.2.4
Tahan selip benang dalam kain tenun pada jahitan
Tahan
selip benang dalam kain tenun pada jahitan ditentukan menurut SNI 1271, Cara
uji tahan selip benang dalam kain tenun pada jahitan.
3.2.5
Perubahan dimensi setelah pencucian dan pengeringan
Perubahan
dimensi kain dalam pencucian dan pengeringan ditentukan menurut SNI 0293, Cara
uji perubahan dimensi bahan tekstil dalam proses pencucian dan pengeringan,
prosedur 5A maksimum dan pengeringan gantung atau putar.
3.2.6
Tahan luntur warna
3.2.6.1
Pencucian
Tahan
luntur warna terhadap pencucian ditentukan menurut SNI 0285, Cara uji tahan
luntur warna terhadap pencucian rumah tangga dan komersial, metoda A2S.
3.2.6.2
Keringat asam dan basa
Tahan
luntur warna terhadap keringat asam dan basa ditentukan menurut SNI 0287, Cara
uji tahan luntur warna terhadap keringat.
3.2.6.3
Gosokan
Tahan
luntur warna terhadap gosokan kering dan basah ditentukan menurut SNI 0288, Cara
uji tahan luntur warna terhadap gosokan.
3.3
Hasil Uji
Berikut ini
adalah hasil dari pengujian mutu kain kemeja:
No
|
Jenis Pengujian
|
Hasil Uji
|
Satuan
|
Keterangan
|
||
1
|
Kekuatan tarik kain per 2,5 cm
|
Lusi
|
n
|
3
|
Dilakukan dengan kapasitas pembebanan maksimum sebesar 50 kg
|
|
18.33
|
Kg
|
|||||
s
|
0.286
|
|||||
CV
|
1.56%
|
%
|
||||
E
|
2.1
|
%
|
||||
Pakan
|
n
|
3
|
Dilakukan dengan kapasitas pembebanan maksimum sebesar 50 kg
|
|||
15.1
|
Kg
|
|||||
s
|
0.6
|
|||||
CV
|
3.60%
|
%
|
||||
E
|
1.2
|
%
|
||||
2
|
Kekuatan Sobek Kain
|
Lusi
|
n
|
3
|
Dilakukan dengan cara elmendorf, dengan kapasitas beban sebesar
50 kg.
|
|
1.258
|
Kg
|
|||||
s
|
0.0024
|
|||||
CV
|
1.94%
|
%
|
||||
E
|
1.3
|
%
|
||||
Pakan
|
n
|
3
|
Dilakukan dengan cara elmendorf, dengan kapasitas beban sebesar
50 kg.
|
|||
0.837
|
Kg
|
|||||
s
|
0.004
|
|||||
CV
|
4.80%
|
%
|
||||
E
|
1.1
|
%
|
||||
3
|
Tahan selip benang dalam kain pada jahitan (bukaan 6 mm)
|
Lusi
|
n
|
1
|
Dilakukan dengan cara elmendorf, dengan kapasitas beban sebesar
20 kg.
|
|
3.9
|
Kg
|
|||||
s
|
0
|
|||||
CV
|
0
|
%
|
||||
E
|
0
|
%
|
||||
Pakan
|
n
|
1
|
Dilakukan dengan cara elmendorf, dengan kapasitas beban sebesar
20 kg.
|
|||
4
|
Kg
|
|||||
s
|
0
|
|||||
CV
|
0
|
%
|
||||
E
|
0
|
%
|
||||
4
|
Perubahan dimensi setelah pencucian dan pengeringan
|
Lusi
|
n
|
3
|
Pencucian dilakukan dengan metoda A2S, hanya pada saat pengujian
tidak dipergunakan deterjen standar AATCC / ECE.
|
|
1.43
|
%
|
|||||
s
|
0.11
|
|||||
CV
|
0.2
|
%
|
||||
E
|
1.2
|
%
|
||||
Pakan
|
n
|
3
|
Pencucian dilakukan dengan metoda A2S, hanya pada saat pengujian
tidak dipergunakan deterjen standar AATCC / ECE.
|
|||
0.2
|
%
|
|||||
s
|
0.115
|
|||||
CV
|
0.3
|
%
|
||||
E
|
2.2
|
%
|
||||
5
|
Ketahanan Luntur Warna Terhadap
|
|||||
Pencucian 40 C
|
Skala
|
Pencucian dilakukan dengan metoda A2S, hanya pada saat pengujian
tidak dipergunakan deterjen standar AATCC / ECE.
|
||||
Perubahan Warna
|
n
|
2
|
||||
4-5
|
||||||
Penodaan
|
n
|
2
|
||||
4
|
||||||
Keringat Asam
|
Skala
|
Pada saat pengeringan hanya dilakukan selama 4 jam di dalam
oven.
|
||||
Perubahan Warna
|
n
|
2
|
||||
4-5
|
||||||
Penodaan
|
n
|
2
|
||||
4
|
||||||
Keringat Basa
|
Skala
|
Pada saat pengeringan hanya dilakukan selama 4 jam di dalam
oven.
|
||||
Perubahan Warna
|
n
|
2
|
||||
4-5
|
||||||
Penodaan
|
n
|
2
|
||||
4
|
||||||
Gosokan
|
Skala
|
Kain putih yang dibasahi air suling, tidak diperas kembali
dengan kertas saring. Sehingga kemungkinan kadar air dalam kain tidak pada 65
+ 5 % dari berat contoh uji.
|
||||
Kering
|
n
|
2
|
||||
5
|
||||||
Basah
|
n
|
2
|
||||
4
|
IV. PEMBAHASAN
Untuk
menentukan mutu dari kain tenun untuk kemeja yang diuji, maka hasil pengujian
dari contoh uji harus dibandingkan dengan nilai standar, tujuannya adalah untuk
menentukan apakah kain tenun untuk kemeja yang diuji memenuhi standar atau
tidak. Kain tenun untuk kemeja memenuhi syarat mutu, apabila berdasarkan SNI
0616, Pemeriksaan contoh tunggal untuk penerimaan lot cara variable, AQL
2,5% dan memenuhi semua persyaratan yang tercantum pada Tabel 1 yang terdapat
dalam standar SNI 08-0051-2008.
Berikut
ini merupakan tabel perbandingan antara hasil pengujian dengan nilai standar
mutu SNI:
No
|
Jenis Pengujian
|
Hasil Uji
|
Nilai Syarat SNI
|
Satuan
|
Keterangan
|
|
1
|
Kekuatan
tarik kain per 2,5 cm
|
Lusi
|
18.33
|
min 11
|
Kg
|
Memenuhi
|
Pakan
|
15.1
|
min 11
|
Kg
|
Memenuhi
|
||
2
|
Kekuatan
Sobek Kain
|
Lusi
|
1.258
|
min 0,7
|
Kg
|
Memenuhi
|
Pakan
|
0.837
|
min 0,7
|
Kg
|
Memenuhi
|
||
3
|
Tahan
selip benang dalam kain pada jahitan (bukaan 6 mm)
|
Lusi
|
3.9
|
min 8
|
Kg
|
Tidak
Memenuhi
|
Pakan
|
4
|
min 8
|
Kg
|
Tidak
Memenuhi
|
||
4
|
Perubahan
dimensi setelah pencucian dan pengeringan
|
Lusi
|
1.43
|
maks 2
|
%
|
Memenuhi
|
Pakan
|
0.2
|
maks 2
|
%
|
Memenuhi
|
||
5
|
Ketahanan
Luntur Warna Terhadap
|
|||||
Pencucian
40 o C
|
Perubahan Warna
|
4-5
|
min 4
|
Skala
|
Memenuhi
|
|
Penodaan
|
4
|
min 3-4
|
Memenuhi
|
|||
Keringat
Asam
|
Perubahan Warna
|
4-5
|
min 4
|
Skala
|
Memenuhi
|
|
Penodaan
|
4
|
min 3-4
|
Memenuhi
|
|||
Keringat
Basa
|
Perubahan Warna
|
4-5
|
min 4
|
Skala
|
Memenuhi
|
|
Penodaan
|
4
|
min 3-4
|
Memenuhi
|
|||
Gosokan
|
Kering
|
5
|
min 4
|
Skala
|
Memenuhi
|
|
Basah
|
4
|
min 3-4
|
Memenuhi
|
Berdasarkan
tabel tersebut, dapat dilihat bahwa tahan slip benang dalam kain tidak memenuhi
standar karena kurang dari 8 kg nilainya baik untuk hasil lusi maupun pakannya.
Meskipun parameter kualitas lainnya sudah memenuhi standar SNI, namun jika ada salah
satu parameter kualitas tidak terpenuhi, maka dapat dikatakan bahwa kain tenun
untuk bahan kemeja ini Tidak memenuhi
Standar sesuai dengan SNI 08-0051-2006.
V. KESIMPULAN
Dapat
disimpulkan bahwa kain tenun untuk kemeja ini tidak memenuhi nilai standar SNI
08-0051-2006.