Cari Artikel Tekstil

Popular Post

  • Recent Developments in Smart and Intelligent Textiles.
  • Deciding the Fabric Features with Weaving Patterns.
  • AMedical Textiles: Nanofiber-based Smart Dressings for Burn Wounds.
  • Penjelasan mengenai pertenunan handuk.
  • Plasma Treatment Technology for Textile Industry Plasma Treatment Technology for Textile Industry.

Monday, November 5, 2018

PENGUJIAN TWIST
      Bagaimana pentingnya peranan twist pada benang sebagian banyak orang telah mengetahui. Demikian pula pengujian atau pengukuran jumlah twist per inch pada benang, apakah benang tunggal, gintir, cable atau benang dengan konstruksi lain yang dibuat dari serat staple atau filament adalah penting, bukan saja baik seorang teknisi, tetapi juga bagi pengawas produksi dan pimpinan perusahaan.
      Bagi teknisi penting karena jumlah twist pada benang dapat mempengaruhi sifat – sifat fisik benang, pemakaian benang (apakah untuk lusi, pakan atau rajut) dan juga kenampakan (appereance) hasil akhirnya.
      Bagi pengawas produksi penting dalam pengecekan mesin apakah sudah sesuai pembuatan jumlah twistnya. Bagi pimpinan penting karena jumlah twist mempengaruhi jumlah produksi. Dalam pemintalan umumnya, perubahan twist akan merubah kecepatan rol depan. Makin tinggi twist yang ingin didapatkan, maka akan makin lambat pula kecepatan rol depan yang harus diatur, yang berarti produksi semakin kecil. Begitu pula sebaliknya, makin rendah twist yang ingin didapatkan, maka akan makin cepat pula kecepatan rol depan yang harus diatur, yang berarti produksi semakin besar.

Arah twist
      Arah twist pada benang dibedakan atas arah puntiran Z dan arah puntiran S seperti terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 55
Arah twist

      Cara untuk menentukan arah twist adalah dengan cara memegang contoh benang yang berukuran pendek (berukuran antara panjang ibu jari dan telunjuk dari tangan), kemudian putarlah dengan tangan kanan ke arah kanan (arah jarum jam), apabila twist pada benang terbuka berarti arah twistnya adalah Z, namun apabila diputar dengan tangan kanan ke arah kiri (berlawanan arah jarum jam) dan twist pada benang terbuka berarti arah twistnya adalah S. Biasanya benang – benang tunggal arah twistnya Z sedang benang – benang gintir arahnya S agar diperoleh benang yang balance.

Jumlah twist
      Jumlah twist pada benang adalah jumlah puntiran atau antihan pada benang tersebut per unit panjang dari benang dalam keadaan ada twistnya. Bagi pengawas produksi mesin pintal memang cukup menggunakan jumlah twist per inch untuk menyetel mesinnya, tanpa diperhatikan nomor benangnya. Cara lain menyatakan jumlah twist adalah dengan besarnya “twist faktor” atau “twist multiplier” yang mungkin telah menggambarkan karakter benang karena twist, meskipun tanpa menyebutkan nomor benangnya.
Gambar 56 menggambarkan unsur benang yang ideal, menunjukan sehelai serat dipermukaan benang melingkar mengitari poros benang.
Gambar 56
Sudut Twist

Sudut twist adalah sudut diantara garis singgung pada arah serat dengan poros benang. Kalau twist dibuka akan tampak seperti gambar sebelah kanan. Misalkan diameter d dan tinggi benang satu putaran twist penuh adalah l, maka :
Pada penomoran sistem tak langsung, diameter benang sebanding dengan kebalikan akar nomor benang, jadi:


Selanjutnya dengan mensubstitusikan hubungan antara diameter benang dan sudut twist, maka akan didapatkan persamaan:
 
Konstanta K disebut “twist faktor” atau “twist multiplier” yang harganya sebanding langsung dengan tangen sudut twist. Dengan perkataan lain untuk benang kapas yang berbeda nomornya tetapi sama twist faktornya akan sama pula tingkat kekerasan dan karakter twistnya.
      Benang kapas dengan twist faktor 3.0 adalah lemas (soft) sedang twist faktor 6.0 akan keras. Pemilihan twist faktor tergantung pada pemakaian benang apakah akan dipakai untuk benang lusi, benang pakan, benang rajut atau lainnya. Sebagai pedoman, untuk benang kapas dapat dipakai ketentuan sebagai berikut:
                  Benang lusi                 ........................................... K = 4,75
                  Benang pakan             ........................................... K = 3,50
                  Benang rajut                ........................................... K = 3,00
Twist faktor K yang dimaksud, merupakan twist faktor rata – rata untuk benang yang dibuat dari serat kapas yang panjangnya 1 inch.      

Twist faktor berkurang 0,05 tiap 1/16 inch untuk serat kapas yang lebih panjang dari 1 inch dan twist faktor bertambah 0,05 tiap 1/16 inch untuk serat kapas yang lebih pendek dari 1 inch. Sumber lain menyebutkan ketentuan sebagai berikut:
                  Benang rajut    .................................................. K = 2,25 – 3
                  Benang pakan .................................................. K = 3 – 4
                  Benang lusi     .................................................. K = 4 – 4,7
                  Benang crepe .................................................. K = 5,5 – 6
      Kalau penomoran sistem tex yang dipakai, maka bentuk hubungan twist faktor adalah sebagai berikut:

Twist faktor 2000 menghasilkan benang yang lemas (soft) dan twist faktor 10.000 akan menghasilkan benang yang keras. Kalau twist per meter diganti dengan twist per cm, maka angka – angka tersebut berubah menjadi 20 dan 100.

Pengaruh twist pada benang
      Kekuatan
      Penambahan twist menambah kekuatan benang sampai suatu titik tertentu, setelah itu penambahan twist akan mengurangi kekuatan. Dalam literatur banyak dikemukakan hubungan – hubungan antara twist faktor dan kekuatan benang yang bentuknya hanpir sama. Contoh untuk hubungan itu tampak seperti pada gambar 57.
Gambar 57
Hubungan antara kekuatan dengan jumlah twist pada benang
Pada serat yang panjang akan dicapai kekuatan maximum dengan twist faktor yang lebih rendah daripada serat – serat pendek.
Mulur
Twist yang tinggi menambah mulur benang sebelum putus pada waktu penarikan.
Pegangan
Twist yang rendah memberikan pegangan yang lembut, sedang twist yang tinggi memberikan pegangan yang kaku
Elastisitas
Twist yang rendah memberikan elastisitas yang kurang terhadap benang
Kilat
Twist yang tinggi mengurangi kilat benang
Absorpsi
Twist benang yang terlalu tinggi mengurangi daya absorbsi benang terhadap obat – obatan, dan mempersukar dalam pencelupan.
Arah Twist
Dalam konstruksi kain arah twist dapat mempengaruhi kenampakan (appearance) kain. Twist pada lusi dan pakan searah akan memberikan garis twist yang bersilangan. Hal ini akan mengurangi kilat bahan disamping memberikan pegangan yang kurang lembut.

Benang Gintir
      Jika dua benang tunggal atau lebih, ditwist bersama akan menghasilkan benang gintir. Banyak cara orang membuat benang gintir yang berdasar jumlah twist, arah twist benang tunggalnya dan arah gintiran.Biasanya benang gintir yang baik diperoleh dari benang tunggal yang arah twistnya sama digintir dengan arah yang berbeda dengan arah twist benang tunggalnya.

Pengukuran Twist
      Ada beberapa cara yang dikenal orang untuk mengukur jumlah twist pada benang. Diantaranya adalah:
1.    Cara kontraksi twist (untwist – twist method)
2.    Cara pelurusan serat (untwist method)
3.    Cara memutus benang
Alat yang dipakai mempunyai prinsip yang sama. Adapun bagian – bagian yang penting dari alat pengukur twist tersebut adalah sebagai berikut:
·         Penjepit yang dapat berputar pada arah mana saja, tetapi diam pada tempatnya. Diputar dengan tangan atau motor.
·         Penjepit yang tidak dapat berputar tetapi dapat digerakan kekanan kekiri dan dapat diatur pada kedudukan tertentu sesuai dengan jarak antara satu klem dengan klem lainnya.
·         Skala pengatur jarak antara klem satu dengan klem lainnya
·         Peralatan pengatur tegangan contoh pengujian benang dengan sistem pendulum atau sistem pemberat.
·         Dial atau tempat lain yang dapat menunjukan jumlah putaran penjepit.
·         Loupe dipakai pada cara pelurusan serat.
Gambaran umum alat pengukur twist tampak seperti gambar 58.

Gambar 52
Alat pengukur twist
Cara kontraksi twist
      Cara ini yang biasa juga disebut untwist – twist method dipakai untuk mengukur twist benang – benang tunggal hasil pintalan serat – serat staple dan bukannya untuk benang – benang gintir atau filament. Pengukuran dengan cara ini berdasar pada anggapan bahwa suatu benang akan mengalami kontraksi dan mencapai panjang yang sama apabila diberikan jumlah twist yang sama baik arah Z atau S.
Prinsip pengukurannya sendiri dilakukan sebagai berikut: Suatu contoh benang yang panjangnya tertentu (biasanya 10 inch) dijepit diantara dua penjepit yang arahnya berlawanan dengan arah twist aslinya. Karena peristiwa terbukanya twist itu benang akan memanjang. Teoritis panjang maksimum akan dicapai apabila putaran tersebut telah sama jumlahnya dengan jumlah twist aslinya.


      Selanjutnya putaran diteruskan maka terjadinya twist lagi yang jumlahnya dianggap akan sama dengan jumlah twist aslinya apabila panjang contoh uji kembali seperti semula. Dengan demikian jumlah twist pada contoh benang akan sama dengan jumlah putaran penjepit yang diperlukan dibagi dua. Kalau panjang contoh diantara titik jepit 10 inch, maka:
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesalahan pengukuran dengan cara ini antara lain:
1.    Besarnya tegangan benang terlalu besar atau terlalu rendah.
Dalam beberapa standard disebutkan ketentuan bahwa untuk benang tunggal tegangan mula sebesar berat benang yang bersangkutan yang panjangnya 100 yard atau 100 meter. Sedangkan untuk benang gintir harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
      156      = angka konstanta
N         = nomor benang untuk kapas sesuai dengan benang tunggal
ASTM menyarankan besar tegangan yang diperlukan untuk pengukuran twist sebesar (0,25 + 0,05) gram per tex.

Adapun pula standar dari penempatan beban yang terpasang adalah sebagai berikut:
Ne1
Td
Beban (gram)
38
0-139
1
38 - 24
140-224
2
23 - 11
225-529
5
10 - 5
530-1129
10
4.7 - 3
1130-1799
15
2.9 - 1.9
1800-2999
20
1.8 - 1.5
3000-4000
30

2.    Terlambatnya menghilangkan tegangan pada saat – saat twistnya akan habis terbuka menyebabkan serat akan slip, sehingga jumlah putaran yang diperlukan untuk mencapai panjang benang semula akan lebih besar daripada jumlah twist aslinya.
3.    Selain dari pada itu kesalahan akan menjadi besar,apabila benang – benang yang mengalami penyempurnaan dengan malam, kanji atau resin – resin atau obat – obatan kimia lainnya. Karena itu benang itu tidak baik untuk diperiksa twistnya dengan cara untwist – twist method.
Meskipun bisa saja terjadi kesalahan – kesalahan perngukuran dengan cara ini, akan tetapi dengan latihan dan pengalaman yang baik, pengukuran dengan cara ini dapat dipercaya, mudah dan cepat.
Dianjurkan agar hasil pengukuran dengan cara ini sewaktu – waktu harus dicek dengan hasil pengukuran dengan cara untwist.
Cara – cara pengukuran selengkapnya sebagai berikut:
a.Kondisi ruang pengondisian pengujian adalah sesuai dengan standar
(RH 65% + 2%, temperatur 21oC)
b.    Pelaksanaan pengujian dilakukan sebagai berikut:
a.    Jarak antara kedua penjepit diatur tepat 50 cm sedang jarum penunjuk jumlah putaran diatur agar tepat pada angka nol.
b.    Ujung benang dijepit pada penjepit yang tak berputar,kemudian beban dipasang sesuai dengan standard tegangan awal. Kemudian benang ditarik sampai ke penjepit yang dapat berputar dan penjepit dikeraskan.
c.    Beban dipasang dan penjepit yang dapat berputar diputar kearah yang yang berlawanan dengan arah putaran twist aslinya.
d.    Setelah jumlah twist kira – kira cukup untuk menahan terjadinya slip, beban dipasang dan mulur dijaga agar tidak lebih dari 4 mm.
e.    Putaran diteruskan hingga penunjuk putaran menunjukan titik semula. Besarnya antihan benang (TPM) ialah angka yang ditunjukan oleh counter dibagi dua (karena jumlah untwist dan twist ulang) dan dikali dua (karena jarak jepitnya 50 cm).
c.    Jumlah pengujian
15 kali untuk pengujian twist benang tunggal.
10 kali untuk pengujian gintiran benang gintir.

I.              Langkah Pengujian
Pelaksanaan pengujian dilakukan sebagai berikut:
a.    Jarak antara kedua penjepit diatur tepat 50 cm sedang jarum penunjuk jumlah putaran diatur agar tepat pada angka nol.
b.    Ujung benang dijepit pada penjepit yang tak berputar,kemudian beban dipasang sesuai dengan standard tegangan awal. Kemudian benang ditarik sampai ke penjepit yang dapat berputar dan penjepit dikeraskan.
c.    Beban dipasang dan penjepit yang dapat berputar diputar kearah yang yang berlawanan dengan arah putaran twist aslinya.
d.    Setelah jumlah twist kira – kira cukup untuk menahan terjadinya slip, beban dipasang dan mulur dijaga agar tidak lebih dari 4 mm.
e.    Putaran diteruskan hingga penunjuk putaran menunjukan titik semula. Besarnya antihan benang (TPM) ialah angka yang ditunjukan oleh counter dibagi dua (karena jumlah untwist dan twist ulang) dan dikali dua (karena jarak jepitnya 50 cm).

II.            Alat – Alat dan Bahan
Peralatan yang dipergunakan:
- Alat twist tester
Bahan yang digunakan:

- Benang

Lihat Juga

loading...

See Also

loading...

Ahli Desain Tekstil . 2018 Copyright. All rights reserved. Designed by Andrian Wijayono