Pada Artikel ini akan memperkenalkan konsep dasar dari manufaktur kain tenun ke sophomore Teknik / Teknologi Tekstil. Materi kursus telah dirancang untuk menciptakan minat di kalangan siswa dan mengasah kemampuan analitis mereka.
Setelah mengikuti kursus ini, siswa akan dapat memahami dan menganalisis proses persiapan menenun seperti berliku, warping dan ukuran. Mereka juga akan dapat menganalisis berbagai mekanisme alat-alat shuttle seperti shedding, picking, beat-up, take-up dan let-off.
Lebih banyak penekanan telah diberikan pada aspek-aspek mendasar sehingga para siswa mendapatkan kesempatan untuk berpikir dan belajar daripada menghafal dan belajar. Semua persamaan telah diturunkan sehingga siswa dapat memahami konteks dengan lebih baik dan ini telah dilengkapi dengan beberapa masalah numerik di akhir setiap modul. Beberapa bagian deskriptif duniawi yang membutuhkan menghafal sengaja dihindari. Materi kursus yang ringkas ini bukanlah pengganti buku-buku teks standar. Siswa disarankan untuk membaca buku teks untuk detailnya.
Buku Teks untuk Bacaan Lebih Lanjut
Ukuran Tekstil oleh B. C. Goswami, R. Anandjiwala dan D. M. Hall, Marcel Dekker (2004).
Matematika Tekstil: Volume III oleh J. E. Booth, The Textile Institute, Manchester.
Mekanisme tenun oleh R. Marks dan A. T. C. Robinson, The Textile Institute, Manchester (1976).
Tenun: Konversi Benang ke Kain oleh P. R. Lord dan M. H. Mohamed, Woodhead Publishing (1999).
Tenunan Tekstil oleh K. L. Gandhi, Woodhead Publishing (2012)
Teknologi Pembuatan Kain
Kain tekstil umumnya merupakan bahan fleksibel dua dimensi yang dibuat dengan jalinan benang atau inter-meshing loop dengan pengecualian tenunan dan kepangan. Manufaktur kain adalah salah satu dari empat tahapan utama (produksi serat, manufaktur benang, manufaktur kain, dan pengolahan kimia tekstil) dari rantai nilai tekstil. Sebagian besar kain pakaian diproduksi oleh teknologi tenun meskipun rajutnya sedang mengejar cepat khususnya di segmen pakaian olahraga. Serat alami pada umumnya dan serat kapas khususnya adalah bahan baku paling populer untuk kain tenunan yang ditujukan untuk penggunaan pakaian. Serat stapel diubah menjadi benang pintal dengan menggunakan serangkaian mesin di bagian manufaktur benang. Benang filamen berkelanjutan bertekstur untuk menanamkan benang pintal seperti bulk dan penampakan kepada mereka.
Kain tekstil adalah bahan khusus karena umumnya ringan, fleksibel (mudah ditekuk, digunting, dan dipintal), dapat dicetak, permeabel dan kuat. Ada empat teknologi utama manufaktur kain seperti yang tercantum di bawah ini.
Tenun (Weaving)
Rajutan (Knitting)
Nir tenun (Non Woven)
Kepang (Braiding)
Gambar-1 Kain tenun (dibuat dengan proses pertenunan)
Gambar-2 Kain Rajut(dibuat dengan proses perajutan)
Gambar-3 Kain Nir Tenun / Nonwoven (dibuat dengan proses nonwoven)
Gambar-4 Kain Braiding
Pembuatan kain dapat didahului baik oleh produksi serat (dalam hal bukan tenunan) atau oleh manufaktur benang (dalam hal menenun, merajut dan mengepang). Kain ditujukan untuk penggunaan pakaian harus memenuhi persyaratan kualitas multidimensi dalam hal menggantungkan, menangani, pemulihan lipatan, kekuatan sobek, permeabilitas udara, tahan panas, permeabilitas uap air. Namun, melihat sifat-sifat unik dan fleksibilitas kain tekstil, mereka sekarang digunakan dalam berbagai aplikasi teknis di mana persyaratannya sama sekali berbeda.
Pelajari lebih lanjut mengenai Weaving di link berikut:
Pelajari lebih lanjut mengenai Knitting di link berikut:
Pelajari lebih lanjut mengenai Non Woven di link berikut:
Pelajari lebih lanjut mengenai Braiding di link berikut:
Tags:
Anyaman ; Polos ; Keper ; Satin ; Turunan ; Desain Tekstil ; Tekstil ; Kuliah Tekstil ; Anyaman Tekstil ; Kertas Desain Tekstil ; Struktur ; Struktur Anyaman ; Benang Lusi ; Benang Pakan ; Warp ; Weft ; Picks ; Fabric ; Plain ; Twill ; Sateen ; Textile Design ; Ahli Desain ; Politeknik STTT Bandung ; Analisis Anyaman ; Penggolongan Anyaman ; Penggolongan Struktur Anyaman ; Jenis Anyaman ; Anyaman - Anyaman ; Anyaman-Anyaman ; Tekstil Sandang ; Gambar Anyaman ; Belajar Tekstil ; Tekstil Indonesia ; Benang Anyaman ; Anyaman Benang ; Struktur Benang Anyaman ; Berbagai Jenis Anyaman ; Kain Pakaian ; Pakaian Manusia ; Sejarah Pakaian ; Tenunan ; Struktur Tenunan ;
Pernahkan kalian pake handuk? tahukah kalian bagaimana handuk tersebut dapat dibuat sedemikian rupa? Ternyata itu juga ada ilmunya lho! Kain handuk
(Turkish Towelling Fabrics) adalah struktur kain yang bisa dimasukan dalam
kelas kain bulu lusi yang disebut dengan istilah “terry” pile. Download artikel Anyaman Handuk Pada link berikut: Anyaman Handuk - Academia - Andrian Wijayono (Download)
Berikut ini merupakan salah satu video cara pembuatan anyaman Handuk:
Pada kain ini
sebagian benang-benang lusi tertentu membentuk jeratan (loop) atau lengkungan
yang menonjol pada permukaan kain. Struktur kain ini tersusun oleh satu macam
pakan dan dua macam benang lusi yang lalatan tenunnya terpisah. Satu macam lusi
bersama pakan membentuk kain dasar, sedang satu macam lusi lainnya membentuk
bulu-bulu loop tersebut.
Perbedaan jenis
kain ini dibandingkan dengan kain berbulu lusi yang biasa adalah bahwa
pembentukan bulu disisni tidak menggunakan bantuan kawat melainkan menggunakan
gerakan sisir tenun dan alat pengulur lusi yang memungkinkan jeratan-jeratan
benang (loop) terbentuk. Jeratan-jeratan bisa terbentuk pada sebelah muka kain
maupun pada kedua muka kain.
Kain ini biasa
dibuat dari benang-benang linen atau kapas dipakai untuk keperluan lap mandi,
lap tangan, pakaian olah raga, dan sebagainya, tetapi masih mungkin dibuat dari
benang-benang lainnya.
Tidak seperti
menenun kain yang tiap kali peluncuran teropong disusul dengan pengetekan pakan
pada ujung kain. Pada pembuatan kain ini pengetekan untuk merapatkan benang
pakan pada kain dilakukan setelah beberapa kali peluncuran benang pakan
terjadi. Untuk lebih jelasnya perhatikan penampang kain handuk pada gambar 339
yang bulunya terbentuk pada kedua permukaan kain.
Pembentukan Bulu Pada Permukaan Kain Handuk
Garis tegak
putus-putus RR, SS dan TT membagi pakan 1 , 2 dan 3 kedalam grup yang terdiri
dari 3 pakan, garis TT adalah posisi tepi kain. Sebelah kanannya adalah gambar
anyaman atau grup yang terdiri 3 pakan, yang merupakan satu ulangan dari setiap
pengetekan merapat pada kain.
G dan G’adalah
lusi – lusi dasar, F dan B masing – masing bulu lusi bawah dan atas yang masing
– masing tergambar pada desain anyaman P. Dalam pertenunan lalatan lusi dasar
untuk G dan G’ dengan tegangan yang besar sedang lalatan untuk lusi bulu F dan
B yang memiliki tegangan kendor.
Mula – mula
pakan 1 dan 2 ditenun, tetapi tidak diketek merapat pada kain, tetapi begitu
pakan 3 dimasukan, pengetekan dilakukan sehingga 3 pakan bergeser bersama-sama
pada ujung kain. Dengan grup tiga pakan ini menjepit benang – benang lusi bulu
sehingga dengan bergesernya grup pakan ini benang lusi F dan B lebih cepat
tertarik dan terbentuk kain.
Struktur terry dengan grup 3 pakan banyak dipakai,
tetapi bisa juga 4, 5 dan 6 pakan untuk membuat garis baris bulu arah melintang
kain.
Gambar - 1 Anyaman Kain Handuk
Berikut ini merupakan model struktur dari anyaman handuk :
Tenunan Handuk
Sejumlah desain standar
untuk kain handuk terlihat pada gambar 340. Desain – desain tersebut
dikelompokan sehingga mudah untuk membandingannya satu dengan yang lain.
Tanda titik
menujukan efek lusi dasar, tanda kotak penuh menunjukan efek benang-benang bulu
atas, sedang tanda silang menunjukan efek benang – benang bulu bawah.
Desain A, B, C,
D dan E susunan benang lusi adalah satu lusi dasar, satu lusi bulu. Pada desain
F,G,H,I,J dan K susunan benang lusi adalah 1 dasar, 1 bulu atas, 1 dasar, 1
bulu bawah.
Desain L,M,O,P da
Q menghasilkan efek yang masin-masing sama dengan desaing F – K, tetapi
desain-desain terdahulu tersusun 1 dasar, 1 bulu atas, 1 bulu bawah dan 1
dasar.
Pada tiap desain
A sampai desain E ada satu lusi bulu atas setiap lusi dasar, sedangkan mulai
desain F sampai Q,susunannya adalah 1 lusi bulu setiap 2 lusi dasar.
A,F dan L adalah
rencana untuk menghasilkan efek bulu pada 3 pakan, B,G dan M pada 4 pakan,
C,H,N,D,I,O,J dan P pada 5 pakan dan E,K,Q pada 6 pakan.
Efek 5 pakan
(C,H dan N) masing-masing sama dengan D,I dan O kecuali bahwa benang-benang
bulu lebih banyak silangannya sedang J dan P menunjukan modifikasi lebih lanjut
dimana lusi bulu atas lebih banyak menyilang lagi dari pada lusi bulu bawah.
Meskipun jumlah benang pakan kurang tetapi desain ini mesin menghasilkan
anyaman yang kokoh dan kadang – kadang menghasilkan struktur yang kuat dan
awet.
Pada efek 6
pakan E,K dan Q lusi-lusi menyilang dengan pakan sama betul dengan A,F dan L
mesing-masing, tetapi bulu dihasilkan pada tiap 6 pakan.
Struktur ini masih jauh lebih kokoh dari pada efek 4
pakan, dengan alasan makin besar silangan yang berada pada tiap baris bulu yang
melintang, dan dengan makin halus benangnya dan makin besar tetal per inch,
maka kain akan sangat kuat dan awet.
Gambar - 2 Jenis - Jenis Anyaman Handuk
Cara Pencucukan Pada Pertenunan Handuk
Dalam pencucukan
benang lusi, lusi bulu dicucuk pada dua gun muka sedang lusi dasar (apabila
sepanjang kain membentuk bulu terus) pada dua gun belakang seperti terlihat
pada gambar R 340, untuk susunan 1 dasar, 1 bulu dan pada S untuk susunan 2
dasar, 2 bulu.
Biasanya dua
benang terpisah tiap lubang sisir dan untuk susunan 1 dasar, 1 bulu, maka satu
dari tiap macam dimasukan dalam lubang yang sama seperti terlihat pada gambar
yang terletak diatas R gambar 340.
Tetapi pada
susunan 2 dasar, 2 bulu, maka dua benang dari seri yang sama dimasukan dalam
satu lubang seperti pada gambar diatas S. Kedua susunan tersebut praktis
menghasilkan kain yang sama, tetapi susunan 2 a 2 ada keuntungannya dengan
pencucukan tersebut diatas, naik turunnya benang tiap lubang berlawanan satu
sama lain dan pada waktu yang sama benang lusi bulu dan benang lusi dasar
berada pada pakan yang sama dipisahkan oleh kawat sisir, sehingga mulut lusi
akan lebih bersih.
Contoh
konstruksi handuk kapas yang bermutu baik sebagai berikut:
Lusi – lusi bulu : 20/S’ rangkap dua
Lusi dasar : 18/2’S
Pakan : 16/2’S
Tetal lusi : 50 helai per inch
Tetal pakan : 58 helai per inch
Untuk memproduksi kain 100
yard kain diperlukan 500 yard benang lusi bulu dan 102 yard benang lusi dasar.
Mengkeret kain sekitar 12%.
Untuk kain yang lebih murah pakan bisa 20’S, tetapi tetal 36 per inch atau
lebih, lusi bulu 16’S dan lusi dasar 14’S
Tiap 100 yard kain dibutuhkan
300 yard untuk lusi bulu. Untuk kain yang lembut (soft) benang bulu harus dipintal
dengan twist yang rendah. Rasa pegangan yang juga bergantung dari pada panjang
pendeknya bulu, makin panjang pegangan makin lembut. Panjang bulu-bulu tersebut
ditentukan oleh jarak antara tepi kain (TT) gambar 339 dengan dua pakan yang kemudian (sebelah kanan, pakan 1 ,
2) yang besarnya sekitar ½ inch.
Gerakan – gerakan dalam pembentukan bulu
Macam – macam
sistem telah dibuat orang untuk memungkinkan dua pakan berturut-turut tidak
diketekan terlebih dahulu pada kain. Salah satu sistem yang dapat diikuti
penjelasan gambar 341 (seperti dibuat oleh Messr, Butterworth & Dickinson,
Ltd) dimana mekanisnya dikendalikan oleh alat dobby atau jacquard.
Kedudukan sisir
S selama waktu penyetelan dikendalikan oleh mekanis pembukaan mulut lusi
melalui tali A yang diikatkan pada tangan B dengan titik tumpu C.
·Pada
waktu diperlukan penyetelan untuk merapatkan benang pada kain, maka sisir S
harus dipegang kokoh oleh M. Dalam keadaan demikian tali A tidak naik, ujung
sebelah kiri B naik, tali E menarik ujung G, sedang ujung F yang lain akan
naik.
Gerakan penyetelan lade U
kekiri dimana anti friksi bowl H berada, tidak akan mengenai cam G yang sudah
naik diluar daerah kerja H. Dengan demikian juga pal H tetap berkedudukan
dibawah, sehingga waktu bergerak kekiri berada dibawah dan tidak mengenai pal
O.
Karena itu lever M menekan
ujung bawah sisir, dan akibatnya waktu penyetelan terjadi, sisir mampu
menggeser pakan merapat pada kain seperti biasa.
·Pada
waktu sisir harus tinggal dibelakang pada waktu pemasukan dua benang pakan 1
dan 2, tali A dinaikan (oleh gerakan mekanisme pembukaan mulut, tepat pakan 1
dan 2 dimasukan), maka ujung kiri lever B turun dan tali E mengendor melepas
ujung G untuk naik sedang ujung kanan G turun.
Pada saat U bergerak kekiri
bowl H mengenai ujung G, sehingga G bergerak keatas mendorong pal N naik
melalui batang J. Pada waktu lade U bergerak kekiri pal N akan naik keatas O
dan lever M jatuh kebelakang pakan tidak terketek atau tetap tinggal dengan
jarak tertentu dari kain.
Gerakan pada 1 dan 2
bergantian selama proses pertenunan berlangsung. Hanya pada waktu membuat tepi
handuk dimana bulu tidak terbentuk, maka tali A harus diturunkan sehingga
pengetekan bisa berjalan biasa.
Jauh dekatnya gerakan sisir
dapat diatur dengan menyetel ujung batang J pada celah – celah I dan K.
Pal P dan Q untuk membatasi
gerakan cam G. Per R diperlukan untuk mengabsorpsi setiap akses gerakan dari
mekanisme pembukaan mulut lusi.
Karena benang lusi bulu
relatif cepat habis biasanya gulungan lusi bulu dilalatkan pada lalatan yang
lebih besar.
Lalatan ditunjang dengan oleh
penyangga yang agak lebih tinggi dari pada mulut. Pada waktu berjalan,
ketegangan lusi sedikit diperlukan dengan beban pengantar 1, dan tengangan bisa
ditambah pada saat pembentukan bulu dihentikan.
Pada waktu tali-tali naik oleh
gerakan mekanisme pembukaan mulut, ujung lever 3 turun, dan batang 5 juga turun
dan beban bertambah pada lalatan.
Sebaliknya kalau tali-tali
turun, oleh tarikan per 6 ujung lever 3naik, dan lever 5 naik pula maka beban
berkurang.
Pada waktu menenun tepi handuk
dimana bulu tidak terbentuk maka tali 2 dinaikan dan lever 5 turun sehingga
selama itu menghasilkan tegangan lusi yang lebih besar.
Tenunan Handuk Hias
Pernah ga kalian lihat handuk merek Gucci? atau handuk handuk lainnya yang memiliki corak pada kainnya? salah satu cara pembuatannya yaitu dengan menggunakan teknik tenunan handuk Hias.
Kemungkinan yang
bisa dibuat dari desain pada gambar 340 hanyalah hiasan dengan benang bulu
berwarna untuk menghasilkan hiasan bentuk strip.
Untuk membuat
motif-motif dapat dilakukan dengan pertukaran benang – benang bulu, yang pada
daerah tertentu benang-benang lusi bulu merupakan bulu atas dapat diubah menjadi
bulu bawah pada tempat-tampat yanglain dan sebaliknya seperti jelas terlihat
pada gambar 342.
Kalau
diperhatikan pada gambar 342 itu dalam tiap grup tiga pakan, bulu-bulu atas
selalu berada diatas pakan pertama dan pakan terakhir, dan sebaliknya bulu-bulu
bawah berada dibawah pakan pertama dan pakan terakhir.
Dengan
berpedoman pada ketentuan tersebut, dapat dengan mudah mendesain
perubahan-perubahan dari bulu atas menjadi bulu bawah dan sebaliknya.
Sebagai contoh
diperlihatkan pada gambar 344.Susunan benang lusi 2 lusi dasan dan 2 lusi bulu.
Anyaman dasar rib 2/1, lusi bulu terbentuk hanya pada sebelah muka anyaman
dibagi dalam 4 bagian.
Bagian G
membentuk bulu atas. Bagian H membentuk bulu bawah, yang gambar penampangnya
terlihat pada gambar 342 A.
Cucukan dalam
gun terlihat pada gambar I. Lusi – lusi bulu dicucuk pada gun-dun muka sedang
lusi – lusi dasar dicucuk pada gun-gun belakang, I adalah gambar rencana kartu
dobby yang dipakai.
Desain anyaman tersebut akan membentuk kain bermotif
kotak-kotak yang terlihat pada gambar 343.
Gambar 345
menunjukan contoh desain anyaman yang susunan benang 1 dasar 1 bulu atas 1
dasar dan 1 bulu bawah, anyaman dsaar rib 2/1. Desain tersebut juga dibagi
dalam beberapa bagian seperti gambar 346. Pada L lusi bulu atas bertanda kotak
penuh, pada M lusi bulu atas ini dirubah menjadi bulu bawah dan luci bulu bawah
yang bertanda silang, pada M dirubah menjadi lusi bulu atas.
Demikian pula
pada N bulu atas dan bulu bawah masing – masing dirubah pada O menjadi bulu
bawah dan bulu atas.
Agar lebih jelas
dapat dilihat prinsipnya sesuai dengan gambar 342 D. Bagian K gambar desain
tersebut membentuk strip yang kontinu. Untuk jelasnya lihat gamber 345.
Bagian bawah
dari gambar 345 tersebut menunjukan bagian yang tidak terbentuk bulu yang
diberi pula garis dengan pakan tebal yang berefek agak panjang.
Desain tenunnya
tampak pada gambar 346 R. Cucukan dalam gun terlihat pada gambar P, sedang
waktu dobby terlihat pada gambar S.
Kain Handuk Bergambar Atau Bermotif
Pada prinsipnya
kain handuk ini juga sama prinsipnya dengan handuk yang lainnya, namun terdapat
gambar atau motif yang dibuat dengan bantuan jacquard.
Pada gambar 347
dilakukan pergantian antara lusi berwarna putih dan berwarna biru. Dimana
ketika tampak daerah berwarna putih yang artinya lusi putih sedang membentuk
loop pada permukaan kain, sedangkan benang biru membentuk loop dibaliknya.
Apabila diingat
kembali, maka prinsip pembuatannya sama saja dengan kain dua muka yang telah
dipelajari sebelumnya, hanya kain ini memiliki bulu-bulu dipermukaanya yang
disebabkan oleh gerakan sisir tenun.
Untuk
memperjelas penjelasan ini, perhatikan gambar 347 yaitu gambar dari contoh kain handuk
bergambar dibawah ini:
Seperti yang
dapat dilihat, kain diatas adalah salah satu kain handuk yang memilii corak
gambar, namun bukan dengan cara di sablon atau diprint, namun dengan cara
teknik anyamannya.
Kain handuk
diatas memiliki susunan lusi yaitu satu benang dasar, satu benang bulu berwarna
putih, 1 buah benang ground dan 1 buah benang bulu berwarna biru dan
terbentuknya bulu untuk setiap tiga peluncuran pakan.
Tags:
Anyaman ; Polos ; Keper ; Satin ; Turunan ; Desain Tekstil ; Tekstil ; Kuliah Tekstil ; Anyaman Tekstil ; Kertas Desain Tekstil ; Struktur ; Struktur Anyaman ; Benang Lusi ; Benang Pakan ; Warp ; Weft ; Picks ; Fabric ; Plain ; Twill ; Sateen ; Textile Design ; Ahli Desain ; Politeknik STTT Bandung ; Analisis Anyaman ; Penggolongan Anyaman ; Penggolongan Struktur Anyaman ; Jenis Anyaman ; Anyaman - Anyaman ; Anyaman-Anyaman ; Tekstil Sandang ; Gambar Anyaman ; Belajar Tekstil ; Tekstil Indonesia ; Benang Anyaman ; Anyaman Benang ; Struktur Benang Anyaman ; Berbagai Jenis Anyaman ; Kain Pakaian ; Pakaian Manusia ; Sejarah Pakaian ; Tenunan ; Struktur Tenunan ;
Kali ini akan dibahas mengenai jenis - jenis anyaman tekstil secara umum. Kain - kain tenun yang kita gunakan sehari-hari terbentuk oleh anyaman-anyaman. Lantas seperti apakah anyaman dari pakaian yang kita gunakan sehari - hari?
Gambar - 1 Gambaran umum mengenai tekstil dan anyaman
Pada Gambar-1 dapat dilihat bahwa suatu kain sebenarnya terdiri dari benang-benang yang disusun sedemikian rupa agar saling mengikat satu dengan yang lainnya, sehingga dapat membentuk suatu lembaran yang kita namakan sebuah kain.
Untuk mempelajari apa mengenai benang, anda dapat melihat pada halaman berikut:
Sebelum membahas mengenai anyaman tekstil lebih lanjut, terdapat beberapa hal yang perlu diketahui. Seperti yang anda dapat lihat pada Gambar-1, bahwa anyaman tekstil terdiri atas benang-benang ke arah atas (Vertikal) dan benang ke arah mendatar (Horizontal). Berdasarkan hal tersebut, benang-benang penyusun tekstil tersebut dapat digolongkan menjadi: Benang Lusi (warp) dan Benang Pakan (weft). Penjelasan lebih lanjut mengenai benang lusi dan benang pakan dapat dilihat pada Gambar-2.
Gambar - 2 Benang Lusi (Warp) dan Benang Pakan (Weft)
Dapat dilihat pada Gambar - 2, bahwa anyaman tekstil terdiri atas benang lusi (Warp) dan benang pakan (Weft). Masing-masing benang tersebut saling menyilang sedemikian rupa, sebagai contoh pada Gambar-2, masing-masing benang saling mengikat dengan menyilangkan benang naik dan turun. Hal tersebut membuatu struktur benang individual (pada awalnya) menjadi suatu kesatuan yang utuh karena saling mengikat hingga bisa membentuk sebuah kain.
Naik dan turun benang tersebut dalam bidang tekstil disebut sebagai (anyaman). Kemudian pada umumnya setiap anyaman tekstil digambarkan pada sebuah kertas desain. Pada Gambar-3 menggambarkan satu buah contoh dari anyaman pada bidang tekstil dan sebuah kertas desain dari anyaman tersebut.
Gambar - 3 Anyaman Polos
Dapat dilihat pada Gambar-3 bahwa anyaman terdiri atas beberapa benang yang ke arah vertikal dan horizontal yang membentuk silangan dengan urutan benang naik kemudian turun kemudian naik dan kemudian turun. Anyaman pada gambar tersebut merupakan struktur anyaman polos. Dapat dilihat ilustrasi kertas desain dari anyaman yang digambarkan.
Penggolongan Anyaman
Banyak sekali jenis - jenis anyaman tekstil yang dikenal dan digunakan pada bidang tekstil. Berikut ini adalah penggolongan jenis-jenis anyaman tekstil yang umum:
Gambar-4 Penggolongan Anyaman Tekstil
Terdapat beberapa aturan anyaman yang ada pada desain tekstil. Secara umum, dapat digolongkan menjadi anyaman dasar dan anyaman turunan.
Untuk mempelajari anyaman Polos dapat dilihat pada link berikut: